1. Dulu sempat semprat-semprot pake spray paint, kenapa akhirnya memilih mundur?
Faktor personal sih. Kesehatan. Balik lagi ke tahun 2002, terakhir bikin beberapa pieces itu kondisi kepala sudah gak bisa diajak kompromi. Sakitnya luar biasa. Haha, cemen memang. Tapi entahlah, meskipun sudah dibantu pakai masker, tetap aja gak mempan.
2. Apakah mic dirasa lebih tajam dibanding cat semprot?
Gak juga sebenernya. Apalagi di negara ini, visual itu kerap terasa punya ketajaman yang lebih, dibanding medium audio. Perlu waktu ekstra buat pisau audio untuk mampu mengiris logika orang atas pesan yang disampaikan di dalamnya bisa diterima.
Ihwal pada akhirnya kenapa lebih memilih mic, gue merasa keterbatasan personal dalam melakukan semprot-menyemprot di tembok bisa gwe manipulasi saat gwe menggenggam pena atau saat berada di depan mic.
3. Grafiti & Hiphop memiliki tradisi “Battle” antar sesamanya. Masih relevan gitu disaat sekarang?
Menurut gue, tradisi battle dalam subkultur Hip-hop itu jadi salah satu unsur purifikasi saat segalanya sudah terasa banal, dan stagnan. Jangan lupa, Hip-hop lahir dari situasi kompetitif dalam keterasingan masyarakat kampung urban untuk mengekspresikan diri.
Jadi justru tradisi battle ini ada sebagai upaya menjaga relevansi dari subkultur tersebut.
IG: @doyzdanoyz