Selain berkegiatan bersama Begundal Clan, kami lebih mengenal MUCK sebagai writer yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bombing dibanding berkarya dalam bentuk formal.
Kenapa memutuskan untuk berpameran yang bisa dibilang kebalikan dari apa yang kamu lakukan dijalanan selama ini?
Pameran ini mungkin kesannya kontradiktif dengan apa yang selama ini dilakukan di jalan. Tapi sebenarnya pameran ini justru lebih menekankan pada karya yang berbicara. Sementara saya sendiri sebagai Muck hanyalah medium bagi karya itu sendiri.
Selama beberapa tahun terakhir ini saya menyadari bahwa saya hanyalah medium realisasi bagi ide-ide dari dimensi diri saya yang lain.
Katakanlah dimensi-dimensi tersebut seperti saya sebagai Muck dalam graffiti. Saya sebagai Kepleh dengan lingkup sosial saya seperti Begundal Clan. Dan saya sebagai Rio Priambodo sebagai seorang suami, ayah, anak, adik, kakak, keponakan, dan cucu dalam lingkup keluarga internal saya. Dari sinilah kemudian saya menyadari bahwa dimensi-dimensi ini membawa idenya masing-masing yang kemudian tanpa saya sadari itu melekat dalam karya saya.
Karya saya itu kemudian menjadi entitas sendiri di luar diri yang ingin “mengkomunikasikan” pesannya sendiri. Nah, hal ini yang kemudian tidak mungkin saya tampilkan di jalanan. Sehingga ruang pamer menjadi tempat yang saya rasa memiliki keintiman tersendiri bagi karya-karya ini dengan pengamat untuk saling berkomunikasi. Sehingga masing-masingnya (karya saya dan pengamat) memiliki pengalaman lewat perjalanan visual yang berbeda dengan apa yang saya tampilkan di jalanan.
Kalau kamu punya banyak identitas, apakah ini bentuk inkonsisten? bisa beruba-berubah sesuai kebutuhan?
Menurut saya, saya saat ini seperti frase dan apa yang saya lakukan itu menjadi kalimat yang membentuk saya.
Banyaknya alias atau identitas tidak mengurangi konsistensi itu sendiri. Karena bagi saya saat ini identitas hanya sebatas nomina, sementara seluruh aspek yang saya lakukan seperti berkarya termasuk graffiti dan lain-lain itu sendiri adalah verba yang konkret dan masih saya lakukan hingga saat ini secara konsisten. Dan menjadi semacam candu ya, jadi kebutuhan saya untuk saat ini hanya berkarya
“Say My Name” tema yang sangat mendasar dalam grafiti. Kamu punya beberapa nickname, sebenarnya nama mana yang ingin kamu sampaikan lebih lantang dalam pameran ini?
Nama sangat identik dengan identitas ya. Dan identitas menjadi hal yang krusial dalam skena graffiti. Namun dalam pameran “Say My Name” ini sendiri, karena yang ingin berkomunikasi adalah karya saya, saya rasa tidak ada dimensi identitas yang dominan ingin ditonjolkan. Murni masing-masing dimensi dari diri saya inilah yang menarasikan sendiri identitas mana yang sedang berkomunikasi.