- Melihat cover album debut Textacy, beberapa rilisan merch dengan logo bergaya tagging, dan juga kedekatan elo dengan lingkar sejumlah Graffiti writers, seberapa bermaknanya sih graffiti art dalam kehidupan berseni seorang Insthinc?
- Kalo di tanya seberapa bermakna gw ga tau si jawabannya. Yang jelas irisan gw dengan graffiti lumayan tidak terprediksi…hahaha di mulai dari jauh hari sebelum gw mulai spit di mic. ketertarikan gw pada hiphop itu awalnya di turntablism, nah pada saat proses digging soal turntablism gw menemukan super group turntablist namanya “invisible scratch piklz” dan kalo kalian cek rilisan mereka hampir 80% cover albumnya menggabungkan antara artwork dan grafitti (tagging, throwie, piece) dan itu luar biasa keren sih menurut gw, beberapa rilisan mereka yang paling berkesan diantaranya “invasion of the octopus people”, isp : battle breaks, bionic booger breaks, style tagging di cover textacy 101% terinspirasi dari rilisan-rilisan mereka (anyway mad props to boss Aldy yang udah bantu tagging di cover textacy) . Irisan ke dua waktu awal-awal digging soal rap dan kecantol sama rap group “company flow”, trus urusannya dengan graffiti apa? di album fun crusher plus kalo kalian baca liriknya mereka banyak menggunakan slang words graffiti, bahkan mereka membuat satu lagu khusus tentang sejarah singkat new York graffiti dari perspektif bigg juss (salah satu mc di company flow) dengan teknik penulisan yang njlimet amit-amit isi liriknya kalo ngga kalian pecahkan pake mode Sherlock holmes ga bakal nyampe ini orang ngomongin apaan coba hahahaha, teknik penulisan coflow ini secara ga langsung gw terapkan di tiap menulis lirik versi gw sendiri. dari situ gw akhirnya digging soal grafitti, ngulik beberapa video dokumenternya Jaone, state your name, mini documenter nya taggs and throws dll. Dari situ gw tau kalo dunia graffiti is another universe, cabangnya banyak banget its also bigger than hiphop. Irisan ketiga mungkin pertemuan gw dengan beberapa bomber crew di Jakarta pada saat diundang main di acara Kapital acak dari situ gw lumayan banyak berinterikasi dengan writers lokal dari beragam crew diantaranya BTV, MM, ABC, JCR dan pertemanan itu berlanjut jadi teman nangkring sampai dengan hari ini. Di beberapa tahun terakhir malah gw banyak banget di bantu oleh mereka, dari bikin cover album, bikin showcase album kartografi musim pagebluk di Jakarta, garap video clip, bikin gigs rutin dengan barsonvids, design merch t-shirt yang dibantu tagging oleh sendseva dan sebaliknya saat mereka bikin acara/ showcase gw bantuin balik. jadi hubungannya organik aja gitu. Tapi satu hal yang paling gw suka dari graffiti yaitu state of minds seorang writers/bomber itu kadang luar biasa di luar nurul. dan tiap-tiap writers/bomber isi kepalanya jelas beda-beda dan selalu ada hal yang menarik untuk disimak, karena bayangin aja mereka ngelakuin sesuatu yang beresiko dan keren dan butuh biaya ngga sedikit tapi ngga kepengen ketahuan identitasnya. menurut gw itu the real term of “im doin it b’coz I like doin it bitch!!” in your face! dan secara ngga langsung gw banyak terinspirasi dari state of minds para writers/bomber ini dalam menulis lirik dan melihat dunia dari perspektif yang lain.
- Dalam beberapa tahun terakhir, Hip-hop/rap lokal itu kan secara estetika berevolusi, di bagian mana elo melihat diri lo terlibat dalam evolusi tersebut?
- Menulis lirik rap menggunakan teknik yang keren dengan memakai bahasa indonesia itu satu hal yang syuliiit. Gw ngga tau apakah gw ikut terlibat berkontribusi dan memberikan dampak langsung dalam evolusi estetika hiphop lokal. Yang pasti gw selalu berusaha semaksimal mungkin untuk ngepush knowledge yang gw punya setiap menulis dan itu menyenangkan sih kayak main puzzle. Karena menurut gw the beauty of rap itu ya bagaimana kalian ngeflip words, bermain kata dan majas, menyusun skema, mengolah silabel, mensiasati cadence dan flow di tiap beat, menyusun tema tersembunyi untuk dipecahkan oleh pendengar dan 10001 teknik lainnya. That’s the real legacy of rap, artform nya rap ya itu. Kalo cuma sekedar ngemeng ngemeng aja, gw rasa aa jim kalo di kasih beat juga bisa ngerap. Tapi semakin kesini pemain lokal makin keren dan semakin sadar akan knowledge tadi. Kita-kita yang mau belajar ini disebut student of the game, ngulik tiap ada hal yang baru, ngga stuck dan puas dengan apa yang udah di punya. Dengan mindset kayak gini maka standart ngerap pasti akan selalu naik. makanya Kalo ada yang ngaku king di skena rap mending suruh nyebur ke jamban aja!.
- Di era tanpa batasan dan hierarki label rekaman kayak sekarang ini, menurut lo masih perlu gak sih seorang rapper menyuarakan isu sosial dalam liriknya?
- Gw rasa sih perlu yah. malah karena udah masuk ke era tanpa batasan label industri dan tetek bengek lainnya. Seorang emcee harusnya bisa ngeksplore ke isu apa aja yang ada di kepalanya. Yang aneh itu malah di era tanpa batas kreativitas gini masih ada emce yang mau disuruh-suruh label / industri buat bikin jingle sapu lidi Hahahay. Balik ke isu sosial tadi atau soal isu apa apun itu, ini seru sih karena pasti di ceritain dari sudut pandang si emce based on pengalamann, background hidup dan cara dia menuturkan pesannya. Dan outputnya pasti bakal menarik banget buat di dengar. tapi satu hal yang paling penting menurut gw “style” seorang emce harus punya style nya sendiri. Mau sebagus dan sepenting apapun isu atau tema yang mau dia suarakan kalo style nya butut yah butut aja jadinya.