Dibalik hingar bingar Meeting Of Styles di Karanganyar kemarin, ada semacam rasa penasaran ketika pertama kali menyimak poster resminya dirilis. Gunungan Wayang. “Ah sungguh Jawa Sentris sekali ini”, sebelum akhirnya kami sadar kalau acara ini memang diadakan di tanah Jawa, dengan kebanyakan (bahkan mungkin hampir seluruhnya) orang dari sekitar Jawa yang mengorganisirnya (yang kami maksud adalah Jawa bagian Tengah & Timur). Yasudah.
Stokemaki yang ditunjuk sebagai penanggung jawab divisi artwork, mengeksekusi brief yang diberikan dengan sempurna. Detail yang aduhai, dikombinasikan dengan filosofi visual yang sungguh-sungguh (harus disebut dua kali) sangat mendalam, sampai kami sedikit heran “Ko berani-beraninya memodifikasi marwah graffiti yang sejatinya New York Sentris, disadur menjadi kajian visual sarat Primbon khas leluhur Jawa”.
Meneruskan rasa penasaran itu, kami mengkonfrontasi langsung Stokemaki sebagai dalang dibalik Gunungan sakti yang ia buat. Kami protes kenapa tidak dibuatkan saja karya berwujud Patung Liberty dengan latar tembok kumuh Bronx lengkap dengan coretan tagging khas Oldschool Writers?. Biar “Grafiti Banget” gitu.
Berikut penjelasan langsung dari Stokemaki. Simak!
_
Meeting Of Styles Indonesia 2023
Gunungan Graffiti
Awal saya melihat design visual wayang garuda di MOS Indonesia pertama yang begitu kental dan mewakili Indonesia terbesit kira-kira visual apa yang syarat akan Indonesia jika saya berkesempatan membuatnya, gayung bersambut melalui pertemuan di Semarang mas Rune memberi tawaran untuk membuat Key visual untuk Meeting of styles Indonesia di tahun ini 2023. Tanpa berpikir panjang “gass Mas!” Disusul dengan kebingungan yang cukup panjang untuk menentukan konsep apa yang tepat untuk clue yang diberikan “seng penting mewakili kultur karo keberagaman neng Indonesia”. Kayon atau Gunungan wayang menjadi pilihan untuk diadaptasi menjadi visual event setahun sekali kali yang bertempat di PT. Indaco Karya Dunia ini.
Meskipun banyak versi menarik dalam memaknai gunungan wayang adapun beberapa arti yang membuat saya memilih,
Kayon atau gunungan wayang
Merupakan lambang, kayon berasal dari kata kaayun yang berarti kehidupan. kayon gapuran menurut salah satu sumber dicipcatakan oleh Pakubuono II di jaman Kartosuro.
- Gupolo sakembaran/ arca raksasa penjaga teguh kukuh menjaga yang panguripan yang kasat dan tidak kasat mata
- Rumah joglo mewakili tempat tinggal atau negara sebagai mana mestinya tempat hunian yang nyaman, aman, damai sejahtera
- Bledekan/ sayap wujud kekuatan pangeran “gusti” tanpa restunya semua tidak akan terjadi
- Harimau lambang menguasai diri, wibawa, dan citra
- Banteng wujud tangguh ulet dan fokus dalam tujuan
- Para kera bergelantungan berlompatan memilih buah yang baik bukan yang mentah dan pahit
- Pohon dan tumbuhan menjalari gunungan mengarah menuju puncak seakan menyampaikan pesan hendaklah manusia hidup berbudi daya mengerahkan segala usaha untuk mendapat berkat “memangku hayuning bawana” dan bermanfaat yang terrarah untuk sekitar dan sesama
- Ular melilit membawa pesan bahwa hidup itu selalu berliku tentu butuh kekuatan melilit kuat yang membawa ketekutan
- Burung atau ayam hutan menyuarakan keindahan dan siap akan tantangan hari esok
Menurut fungsinya :
Tanda dimulai dan selesainya pertunjukan, cuaca situasi kondisi dan sebagai ganti adegan juga sebagai penggambaran suasana.
Dan Naga jawa sebagai background sebagai wujud umur panjang dan kebanggaan
Dari bebarapa hal menarik dia atas dengan kebiasaan “otak atik gatuk” mengotak-atik dan mencocokan menjadi versi jagat/ skena pergraffitian sebagaimana gunungan yang bukan tentang tokoh utama bukan tentang siapa yang menang dan kalah, ungul dan tertinggal. Ini tentang pembukaan sebuah hajatan besar penuh dedikasi dan perjuangan yang melampaui semua keribetannya. MOS Indonesia menjadi salah satu representasi bagaimana kita merayakan graffiti di Indinesia. Dari key visual “critical mass” menolak meratapi kelesuan yang ada dan memilih bagaimana membangunnya dari keilmuan/literasi (buku) memulainya dengan tenaga (raksasa pengeblok semua dinding), (tag tools) menjadi pilar dan menjadi tuan (rumah) diwaktu yang tepat. Bak banteng dan macan penuh kesungguhan dan gotongroyong meski setiap kepala memiliki ambisi masing-masing. Menyajikannya menjadi hiburan dan pertunjukan yang epik, dan berung menjadi penanda kabar ini sudah sampai keseluruh penjuru bahwa kami begitu sungguh-sungguh mencintai graffiti Indonesia dan seisinya untuk tetap menjaga api bersama. Sekali lagi ini bukan tentang siapa ini tentang kita, kita yang tetap menjaga dan terus hingga diteruskan sampai diakhiri dengan seruan bahwa kita bersiap memulai babak selanjutnya.
Shoutout untuk Nick dan Mock yang menjadi bagian design ini bisa disajikan. Dan terimakasih untuk semua pelaku graffiti yang selalu menjadi inspirasi.
Ini kehormatan untuk saya Stokemaki dari Semarang